Minggu, 16 Juni 2013
sistem pengapian
Motor pembakaran dalam ( internal combustion engine ) menghasilan tenaga dengan jalan membakar cmpuran udara dan bahan bakar di dalam silinder . Pada motor bensin, Loncatan bunga ap pda busi diperlukan untuk menyalakan campuran udara bahan bakar yang telah dikompresikan oleh tork di dalam silinder. Sedangkan pada motor diesel udara dikompresikan dengan tekanan yang tinggi menjadi sangat panas,dan bila bahan bakar disemprotkan ke dala silinder,kan terbakar secara serentak. Karena pada motor bensin proses pembakaran di mulai oleh loncatan api tegangan tinggi yang dihasilkan oleh busi, beberapa metode diperlukan untuk menghasilkan arus tegangan tinggi yang diperlukan.
Sistem pengapian pada auto mobil berfungsi unuk menaikkan tegangan bateraimenjadi 10 KV atau lebih dengan mempergunakan ignition col dan kemudian membagi-bagikan teganagn inggi tersebut ke masing-masing busi melalui distributor dan kabel tegangan tinggi. Pada motor bensin, campuran udara dan bahan bakar yang dikompresikan didalam silinder harus dibakar untuk menghasilkan tenaga sistem pengapian berfungsi untuk membakar campuran udara dan bensin didalam ruang bakar pada akhir langkah kompresi. Sistem pengapian yang digunakan adalah pengapian listrik, dimana untuk mengahsilkan percikan api digunakan tenaga listrik sebagai pemercik api.
Komponen sistim pengapian
Baterai :
Sebagai sumber tenaga listrik
Ignition Switch :
Untuk memutuskan dan menghubungkan aliran listrik dari baterai ke koil.
Fuse :
Sebagai pengaman arus listrik
Ignition Coil / Koil Pengapian
Ignition Coil :
Ignition Coil berfungsi untuk merubah arus listrik 12V yang diterima dari baterai menjadi tegangan tinggi ( 10 KV atau lebih ) untuk mengahasilkan oncatan bunag api yang kuat pada celah busi.Pada ignition coil , kumparan primer dan sekunder di gulung pada inti besi. Kumparan – kumparan ini akan menaikkan tegangan yang diterima dari baterai menjadi tegangan yang sanagt tinggi dengan cara induksi elektomagnet.
• Kumparan Primer .
- Menciptakan medan magnet
- Penampang kawatnya besar
- Jumlah gulungan sedikit ( +/- 400 gulungan )
• Kumparan Sekunder.
- Merubah induksi menjadi tegangan tinggi
- Penampang kawat kecil
- Jumlah gulungan banyak ( +/- 30.000 gulungan )
Ignition coil with resistor
Fungsi resistor :
Untuk mengurangi penurunan tegangan pada Secundary Coil pada saat putaran mesin tinggi dan untuk menstabilkan arus yang masuk ke kumparan primer.
Ada 2 type resistor :
- External resistor
- Internal resistor
Resistor
Fungsi resistor :
Koil tanpa rersistor, nilai tahanan gulungan primer besar, sehingga membutuhkan waktu lama agar arus yang masuk ke gulungan primer mencukupi untuk pembentukan medan magnet.
Koil yang dilengkapi dengan resistor, nilai tahanan pada gulungan primer menjadi lebih kecil akibatnya arus yang masuk ke gulungan primer dapat segera mencukupi untuk pembentukan medan magnet.
Kontak pemutus ( platina / breaker point )
Fungsi :
Untuk memutuskan dan menghubungkan arus yang mengalir ke kumparan pimer, agar terjadi tegangan induksi pada kumparan sekunder.
Kontak pemutus ( platina / breaker point )
Sudut pengapian :
· Sudut putar cam distributor saat kontak pemutus mulai membuka 1 sampai kontak pemutus mulai membuka pada tonjolan cam berikutnya 2
· Sudut putar cam distributor dan saat platina mulai membuka ( B ) sampai mulai membuka pada tonjolan berikutnya ( C )
Sudut dweel ( dweel angle )
Sudut dwell :
Sudut cam distributor pada saat platina mulai menutup ( A ) sampai platina mulai membuka ( B )
Pengaruh sudut dwell :
Sudut dwell besar
• Celah platina kecil
• Arus yang mengalir ke primer koil terlalu lama
• Kemagnetan jenuh
• Platina panas
Sudut dwell kecil
• Celah platina lebar
• Arus yang mengalir ke primer koil terlalu singkat
• Kemagnetan tidak tercapai maksimum
• Tegangan induksi kumparan sekunder kurang
Condensor
Fungsi condenser :
Mencegah terjadinya loncatan bunga api listrik pada platina, dengan cara menyerap arus induksi
Governor advancer
Fungsi :
Untuk memajukan saat pengapian berdasarkan putaran mesin
Distributor
Cam (nok)
Cam (nok)
Membuka breaker point ( platina ) pada sudut crankshaft ( poros engkol) yang tepat untuk masing-masing silinder
Breaker point
Memutuskan arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer dari ignition coil untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi pada kumparan sekunder dengan jalan ( cara ) induksi magnet listrik ( electromagnetic sistem ).
Capasitor / Condensor
Menyerap loncatan bunga api yang terjadi antara breaker point pada saat membuka dengan tujuan untuk menaikkan tegangan coil sekunder.
Centrifugal Governor Advancer
Untuk memajukan saat pengapian sesuai dengan putaran mesin.
Vacuum Advancer
Memajukan saat pengapian sesuai dengan beban mesin.
Rotor
Membagikan arus listrik tegangan tinggi yang diahasilkan oleh ignition coil ke tiap – tiap busi.
Distributor Cap
Membagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke kabel tegangan tingi untuk masing-masing silinder.
Busi / sprak plug
Arus listrik tegangan tinggi dari distributor menimbulkan bunga apidengan temperature timggi diantara elektroda tenagh dan masa dari busi untuk menyalakan campuran udara bahan bakar yang telah di kompresikan. Meskipun konstruksi dari busi sederhana,tetapi busi tersebut beroperasi pada kondisi yamg sangat berat. Temperatur elektroda busi dapat mencapai kira-kira 200 derajat celcius selama langkah pembakaran, Tetapi kemudian akan turun drastis pada langakah hisa karena didinginkan olaeh campuran bahan bakar dan udara . Perubahan sanagt cepat dari panas ke dingin tersebut terjadi berulang-ulangkal pada saat dua putaran poros engkol.
Nilai panas Busi :
Suatu index ( harga ) yang menunjukkan jumlah panas yang dapat dipindahkan oleh busi
Busi panas :
Busi yang relatif sulit untuk membuang panas yang diterima
Busi dingin :
Busi yang dengan cepat sekali membuang panas
Kondisisi busi
Kondisi Normal :
• Isolator berwarna kuning atau coklat muda
• Puncak isolator bersih, ( berwarna coklat muda atau abu – abu )
Kondisi Terbakar :
• Electrode terbakar. Pada permukaan kaki isolator ada partikel – partikel kecil mengkilap yang menempel
• Isolator berwarna putih atau kuning
Penyebab :
• Campuran terlalu kurus
• Knocking
• Saat pengapian terlalu awal
• Type busi terlalu panas
Berkerak karena oli :
Kaki isolator elektroda sangat kotor, warna coklat oli mesin
Penyebab :
• Ring piston aus
• Bush penghantar katup / katup aus
• Ada penghisapan oli melalui sistim ventilasi karter ( blow by gass )
Berkerak karbon :
Kaki isolator elektroda rumah busi berkerak jelaga
Penyebab :
• Campuran terlalu kaya ( karburator banjir )
• Type busi terlalu dingin
Sistem starter
Pada motor starter umumnya dipergunakan elektromagnetik, yang terjadi pada field coil yang dirangkai secara seri dengan armature.
Karakteristik motor starter
• Makin besar arus yang dipergunakan motor, makin besar torsi yang dibangkitkan
• Makin cepat berputarnya motor, makin besar gaya elektromotive yang dibangkitkan armature, tetapi semakin kecil arus yang mengalir.
Motor starter konvensional
Terdiri dari :
• Yoke : untuk menopang pole core.
• Pole core : untuk menopang field dan memperkuat medan magnet.
• Field coil : untuk membangkitkan medan magnet.
Armature
Fungsi dari armature adalah untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik ( gerak putar ).
Brush holder dan brush negatif
Fungsi :
• Sebagai pemegang brush.
• Brush negatif untuk meneruskan arus dari armature koil ke massa.
Starter clutch ( overrunning clutch )
Fungsi :
• Meneruskan putaran armature ke ring gear flywheel.
• Mencegah terjadinya perpindahan putaran dari mesin ke armature
Cara kerja starter clutch ( overrunning clutch )
Pada saat start :
Jika outer race berputar lebih cepat dari inner race, maka roller akan terdorong oleh pegas ke sisi yang sempit, akibatnya inner race ikut berputar.
Setelah mesin hidup :
Jika inner race berputar lebih cepat dari outer race ( karena terbawa oleh putaran fly wheel ), roller akan terbawa ke sisi yang lebih lebar ( melawan pegas ), akibatnya inner race tidak berhubungan dengan outer race.
Magnetic switch
Fungsi :
• Mendorong pinion gear agar dapat berhubungan dengan fly wheel dan memungkinkan arus yang besar dari baterai mengalir ke motor stater.
sistem kopling
SISTEM KOPLING DAN CARA KERJANYA
Kopling berfungsi untuk menghubungkan dan melepaskan tenaga dari mesin ke transmisi melalui kerja pedal selama perkaitan roda gigi.kopling juga dapat memindahkan tenaga secara perlahan-lahan dari mesin ke roda-roda penggerak (Drive Wheel) agar gerak mula kendaraan dapat berlangsung dengan lembut dan perpindahan roda-roda gigi transmisi dapat lembut sesuai dengan kondisi jalannya kendaraan.
Sistem Kopling yang akan kita bicarakan disini adalah sistem kopling manual yang selanjutnya kita sebut dengan kopling saja. Berikut ini komponen penting pendukung kopling, secara urut : Fly wheel atau roda gila, Clutch disc atau plat kopling, Clutch cover atau dekrup dan Clutch release bearing atau Drek lahar.
CaraKerja: Fly wheel atau roda gila meneruskan sekaligus menyimpan energi dari Crank Saft (kruk as) mesin saat mesin hidup (berputar), Plat kopling menjadi satu-satunya perantara tenaga mesin dengan Porseneling kita yang akhirnya tenaga ini akan diteruskan ke Roda. Sedangkan Dekrup bekerja sebagai pengatur kapan tenaga mesin di teruskan dan kapan tenaga mesin tidak diteruskan, hal ini dilakukan oleh kaki kita saat menginjak atau melepas pedal kopling melalui perantara Drek lahar.
Catatan : Dekrup di ikat dengan 6 (biasanya) baut terhadap fly wheel. plat kopling menjadi pengisi bagian tengah antara fly wheel dengan dekrup. Pada bagian tengah plat kopling terdapat lubang bergigi yang akan masuk kedalam As blender sebagai penerus tenaga dariplat kopling ke Gearbox porseneleng. Ketika kaki tidak menginjak pedal kopling.
Ketika kaki kita tidak menginjak pedal kopling, dengan melihat susunan diatas maka bantalan dekrup akan menekan plat kopling terhadap fly wheel sehingga seolah olah Fly wheel, plat kopling dan dekrup menjadi satu kesatuan sebagai benda rigid. sehingga apabila fly wheel berputar 10 RPM maka demikian pula dengan plat koplingnya. Dengan cara inilah tenaga dari mesin dapat di transfer ke dalam Gearbox porseneleng (melalui as blender) yang pada akhirnya diteruskan ke roda. Ketika kaki menginjak pedal kopling :
Ketika kaki kita menginjak pedal kopling, maka dreklahar mendorong kuku/ tuas dari dekrup sehingga bantalan dekrup yang menekan plat kopling dan roda gila terangkat. ketika terangkat inilah posisi dikatakan Free / perei. Dimana perputaran dari roda gila tidak di ikuti oleh perputaran dari plat kopling. sehingga tenaga dari mesin tidak sampai pada gearbox perseneleng. Pada saat ini lah perpindahan gigi dari porseneleng dapat dilakukan.Didalam gearbox porseneleng inilah tenaga dari mesin di atur sedemikian hingga sesuai dengan kebutuhan pengemudi melalui rasio gigi.
Kopling terletak diantara mesin dan transmisi, seperti yang di perlihatkan pada gambar di bawah ini:
A. Rangkaian Kopling
1) Pelat Kopling (Clutch Disc)
2) Tutup Kopling (Clutch Cover)
3) Mekanisme penggerak
B. Masalah Kopling
Susah masuk gigi : hal ini mungkin dapat disebabkan oleh beberapa hal, sebelum dapat mengetahui sumber kerusakan kita harus dapat mengetahui ciri2 atau gejala2 yang terjadi. Gejala2 yang mungkin terjadi antara lain adalah :
1) Susah masuk gigi Vosneling baik saat mesin dimatikan maupun di hidupkan : hal ini berarti terdapat kesalahan pada sistem mekanik pengoper gigi hal ini dapat berupa tongkat yang sudah oblak, sift cable atau kabel gigi yang sudah rusak atau putus atau mekanisme pengoper gigi didalam gearbox.
2) Kopling susah masuk gigi hanya pada saat mesin di hidupkan atau dinyalakan, namun mudah jika mesin dimatikan : dalam hal ini ada 2 kemungkinan kerusakan yang pertama adalah Kerusakan terjadi pada mekanisme pendorong clutch release bearing yaitu : master kopling atas bawah, atau kabel kopling yang masih menggunakan kabel, Fork/garpu kopling retak, bushing fork dan atau clutch release bearing atau drek lahar itu sendiri. Kemungkinan yang kedua adalah kerusakan terjadi pada Clutch cover atau dekrup, biasanya ada ciri2 tambahan jika kerusakan terjadi pada dekrup anda yaitu biasanya akan lebih susah masuk gigi lagi setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh atau kondisi dekrup sudah panas, gigi akan semakin susah di pindahkan.
3) Kopling bergetar saat pertama mau jalan : 90% hal ini terjadi karena penggunaan Clutch disc atau plat kopling yang kurang bagus (pantekan atau imitasi murahan), 10% fly wheel bergelombang.
4) Suara mesin besar (rpm tinggi) tapi mobil ga mau lari (acceleration kurang) : 80% hal ini terjadi karena platkopling anda sudah tipis, dan lebih parah lagi akan timbul bau "sangit" ketika kita memaksa untuk accelerasi. 20% Fly wheel aus atau "legok" hal ini biasanya terjadi karena penggunaan plat kopling yang kurang bagus bahanya (imitasi).
5) Terdengar suara2 dari transmisi : ada beberapa jenis suara yang mungkin timbul dalam transmisi antaralain :
1. Bunyi Clutch release Bearing = bunyi dari drek lahar ini akan terdengar ketika kita menginjak kopling saat mesin hidup, dan akan hilang suaranya ketika kita melepas kopling.
2. Bunyi Pilot bearing = Akan terdengar saat mesin dihidupkan meskipun kita menginjak kopling atau tidak.
3. Bunyi pada saat jalan = jika kedua bunyi diatas dapat didengar tanpa pergerakan kendaraan, jenis bunyi yang ketiga ini hanya dapat didengar pada saat kendaraan melakukan pergerakan. Bunyi ini berasal dari bearing didalam gearbox anda.
4. Bunyi mendesing pada gigi tertentu = hal ini terjadi karena terdapat kerusakan pada pasangan gigi yang bunyi tersebut kemungkinan gigi sudah aus atau rompal sehingga memberikan rongga udara yang dapat menimbulkan bunyi mendesing
C. Syarat Kopling
1. Harus dapat menghubungkan transmisi dengan mesin secara lembut.
2. Pada saat menghubungkan ke transmisi harus dapat memindahkan tenaga tanpa terjadi slip.
3. Dapat membebaskan hubungan dari transmisi dengan sempurna dan cepat
Dilihat dari jenis pegas penekan yang digunakan, kopling dibagi menjadi dua tipe, yaitu:
a. Tipe Kopling dengan Pegas Koil.
b. Kopling dengan pegas diafragma atau bahasa kerennya Matahari
Dilihat dari mekanisme penggeraknya, ada dua tipe kopling yaitu:
a. Kopling Mekanis
Kopling Mekanis (mechanical clutch) terdiri dari beberapa bagian seperti gambar di bawah ini,perpindahan pedal kopling diteruskan ke body kopling secara langsung oleh kabel.
b. Kopling Hidrolis (penggeraknya menggunakan minyak/fluida)
Pada tipe kopling ini, pergerakan pedal kopling di rubah oleh master silinder menjadi tekanan hidraulis kemudian di teruskan ke garpu pembebas kopling (clutch release fork) melalui silinder pembebas (Release cylinder).
Pada kopling ini pengemudi tidak terganggu oleh bunyi getaran mesin dan kopling mudah digerakkan. Katup pada mesin 4 langkah berfungsi mengatur pembukaan dan penutupan katup•katup. Mekamisme katup ini dirancang sedemikian rupa, sehingga poros nok (camshaft) berputar satu kali untuk menggerakkan katup hisap dan katup buang setiap dua kali putaran poros engkol.
D. Kopling Plat Tunggal Berpegas Diafragma Dan Koil
1. Kontruksi Kopling Plat Tunggal
2. Perbandingan Gaya Diafragma Dengan Koil
a. Posisi plat penekan dengan plat kopling yang sudah aus pada batas limit.
b. Posisi plat penekan dengan plat kopling baru.
c. Posisi plat penekan saat pedal kopling diinjak penuh.
d. Tekanan normal plat penekan pada saat kopling terhubung
Kesimpulan :
1. Tekanan plat penekan dengan pegas diafragma lebih besar dibanding dengan menggunakan pegas koil pada keadaan kanvas kopling aus / menipis.
2. Tekanan plat penekan untuk kedua pegas sama, jika kanvas plat kopling masih baru.
3. Gaya yang diberikan untuk membebaskan kopling dengan pegas koil lebih besar dibanding yang menggunakan pegas diafragma.
Keuntungan :
Untuk plat kopling tunggal dengan pegas diafragma.
1. Tekanan plat penekan selalu normal pada perubahan tebal kanvas
2. Tekanan pedal pada saat membebaskan kopling lebih kecil dibanding kopling dengan pegas koil.
3. Penekan lebih merata terhadap kanvas kopling.
E. Plat Kopling
1. Jenis Kanvas Kopling
a. Kanvas Asbes
Bahan kanvas : Paduan asbes dengan logam
Tuntutan / persyaratan :
1. Tahan terhadap panas.
2. Dapat menyerap panas.
3. Tahan terhadap gesekan.
Penggunaan : Kendaraan pada umumnya yang bertugas ringan dan sedang
Alur – alur kanvas berguna :
a. Menampung kotoran debu yang terdapat pada roda gaya dan plat tekan.
b. Sebagai ventilator
b. Kanvas Keramik
Bahan: Paduan keramik dan logam
Tuntutan / persyaratan :
a. Tahan terhadap panas yang tinggi.
b. Tahan terhadap gesekan yang tinggi
Penggunaan : Kendaraan bertugas berat Contoh : Traktor (Boldozer)
Catatan :
1) Jarang digunakan
2) Harganya mahal
F. Piringan Kopling ( Disc Plate )
a. Jenis Pegas Piringan Kopling
Pada piringan kopling terdapat 2 macam pegas, diantaranya:
1. Pegas radial
Tuntutan / persyaratan :
a. Mampu menerima gaya lingkaran.
b. Mampu memegas dengan baik.
c. Elastisitas harus tinggi (untuk bahan karet).
Kegunaan : Meredam getaran/kejutan saat kopling mulai terhubung sehingga kopling dapat terhubung dengan lembut
Pemasangan : Diantara plat yang duduk pada poros dan plat Pemegang kanvas.
2. Pegas aksial
Pegas aksial adalah pegas pada piringan kopling
Konstruksi :
A = Plat bentuk E
B = Plat bentuk W
Tuntutan/persyaratan : Mampu memegas di antara kedua kanvas yang di keling
Kegunaan : Untuk meneruskan tekanan plat penekan terhadap kedua plat secara perlahan-lahan sehingga kopling dapat terhubung dengan lembut
Penggunaan: Pada kendaraan kendaraan-kendaraan penumpang, Sedan, dan lain – lain
3. Paku Keling
Kegunaan :
Mengklem antara plat piringan kopling dengan pegas aksial.
Memegang antara kanvas kopling dan plat dengan pegas aksial.
G. Bagian-bagian Mekanisme Katup
1. Katup (valve), berfungsi membuka dan menutup saluran isap dan buang. Diameter katup isap dibuat lebih besar daripada diameter katup buang.
2. Dudukan katup, sebagai tempat duduknya kepala katup.
3. Pegas katup, berfungsi mengembalikan katup pada dudukan semula setelah katup bekerja (membuka).
4. Tapet (valve lifter), berfungsi memindahka gcrakan bubungan (nok) ke tuas katup {rocker arm) melalui batang penekan (push rod)
5. Batang penekan (push rod), berfungsi meneruskan gerakan tapet ke ujung tuas katup. Batang penekan hanya terdapat mekanisme katup yang poros noknya di blok silinder dan katup-katupnya terdapat pada kepala silinder.
6. Tuas katup (rocker arm), berfungsi menekan batang katup, sehingga katup dapat membuka. Celah (kerenggangan) antara rocker arm dan push rod disebut celah katup.
H. Model Mekanisme Katup
Ada beberapa model dalam pemindahan putaran dari poros engkol ke poros nok,
antara lain:
1. Model Timing Gear
Model ini digunakan pada mekanisme katup mesin OHC (Over Head Valve}, di mana poros noknya berada di dalam blok silinder. Model ini sudah jarang dipakai, karena timing gearnya menimbulkan bunyi yang berisik dibanding model Iain
2. Model Timing Chain
Model ini diterapkan pada mesin OHC (Over Head Camshaft) dan DOHC (Dual Over Head Camshaf), di mana. poros noknya berada di atas kepala silinder. Poros nok digerakkan oleh poros engkol melalui rantai (timing chain).
3. Model Timing Belt
Model ini poros nok digerakkan oleh poros engkol melalui sabuk bergerigi(belt). Penggunaan sabuk bergigi ini tidak menimbulkan bunyi berisik, tidak memerlukan pelumasan, tidak memerlukan penyetelan tegangan, dan lebih ringan. Oleh karena kelebihan itu,model timing belt ini lebih banyak diterapkan pada mesin bensin.
Kopling berfungsi untuk menghubungkan dan melepaskan tenaga dari mesin ke transmisi melalui kerja pedal selama perkaitan roda gigi.kopling juga dapat memindahkan tenaga secara perlahan-lahan dari mesin ke roda-roda penggerak (Drive Wheel) agar gerak mula kendaraan dapat berlangsung dengan lembut dan perpindahan roda-roda gigi transmisi dapat lembut sesuai dengan kondisi jalannya kendaraan.
Sistem Kopling yang akan kita bicarakan disini adalah sistem kopling manual yang selanjutnya kita sebut dengan kopling saja. Berikut ini komponen penting pendukung kopling, secara urut : Fly wheel atau roda gila, Clutch disc atau plat kopling, Clutch cover atau dekrup dan Clutch release bearing atau Drek lahar.
CaraKerja: Fly wheel atau roda gila meneruskan sekaligus menyimpan energi dari Crank Saft (kruk as) mesin saat mesin hidup (berputar), Plat kopling menjadi satu-satunya perantara tenaga mesin dengan Porseneling kita yang akhirnya tenaga ini akan diteruskan ke Roda. Sedangkan Dekrup bekerja sebagai pengatur kapan tenaga mesin di teruskan dan kapan tenaga mesin tidak diteruskan, hal ini dilakukan oleh kaki kita saat menginjak atau melepas pedal kopling melalui perantara Drek lahar.
Catatan : Dekrup di ikat dengan 6 (biasanya) baut terhadap fly wheel. plat kopling menjadi pengisi bagian tengah antara fly wheel dengan dekrup. Pada bagian tengah plat kopling terdapat lubang bergigi yang akan masuk kedalam As blender sebagai penerus tenaga dariplat kopling ke Gearbox porseneleng. Ketika kaki tidak menginjak pedal kopling.
Ketika kaki kita tidak menginjak pedal kopling, dengan melihat susunan diatas maka bantalan dekrup akan menekan plat kopling terhadap fly wheel sehingga seolah olah Fly wheel, plat kopling dan dekrup menjadi satu kesatuan sebagai benda rigid. sehingga apabila fly wheel berputar 10 RPM maka demikian pula dengan plat koplingnya. Dengan cara inilah tenaga dari mesin dapat di transfer ke dalam Gearbox porseneleng (melalui as blender) yang pada akhirnya diteruskan ke roda. Ketika kaki menginjak pedal kopling :
Ketika kaki kita menginjak pedal kopling, maka dreklahar mendorong kuku/ tuas dari dekrup sehingga bantalan dekrup yang menekan plat kopling dan roda gila terangkat. ketika terangkat inilah posisi dikatakan Free / perei. Dimana perputaran dari roda gila tidak di ikuti oleh perputaran dari plat kopling. sehingga tenaga dari mesin tidak sampai pada gearbox perseneleng. Pada saat ini lah perpindahan gigi dari porseneleng dapat dilakukan.Didalam gearbox porseneleng inilah tenaga dari mesin di atur sedemikian hingga sesuai dengan kebutuhan pengemudi melalui rasio gigi.
Kopling terletak diantara mesin dan transmisi, seperti yang di perlihatkan pada gambar di bawah ini:
A. Rangkaian Kopling
1) Pelat Kopling (Clutch Disc)
2) Tutup Kopling (Clutch Cover)
3) Mekanisme penggerak
B. Masalah Kopling
Susah masuk gigi : hal ini mungkin dapat disebabkan oleh beberapa hal, sebelum dapat mengetahui sumber kerusakan kita harus dapat mengetahui ciri2 atau gejala2 yang terjadi. Gejala2 yang mungkin terjadi antara lain adalah :
1) Susah masuk gigi Vosneling baik saat mesin dimatikan maupun di hidupkan : hal ini berarti terdapat kesalahan pada sistem mekanik pengoper gigi hal ini dapat berupa tongkat yang sudah oblak, sift cable atau kabel gigi yang sudah rusak atau putus atau mekanisme pengoper gigi didalam gearbox.
2) Kopling susah masuk gigi hanya pada saat mesin di hidupkan atau dinyalakan, namun mudah jika mesin dimatikan : dalam hal ini ada 2 kemungkinan kerusakan yang pertama adalah Kerusakan terjadi pada mekanisme pendorong clutch release bearing yaitu : master kopling atas bawah, atau kabel kopling yang masih menggunakan kabel, Fork/garpu kopling retak, bushing fork dan atau clutch release bearing atau drek lahar itu sendiri. Kemungkinan yang kedua adalah kerusakan terjadi pada Clutch cover atau dekrup, biasanya ada ciri2 tambahan jika kerusakan terjadi pada dekrup anda yaitu biasanya akan lebih susah masuk gigi lagi setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh atau kondisi dekrup sudah panas, gigi akan semakin susah di pindahkan.
3) Kopling bergetar saat pertama mau jalan : 90% hal ini terjadi karena penggunaan Clutch disc atau plat kopling yang kurang bagus (pantekan atau imitasi murahan), 10% fly wheel bergelombang.
4) Suara mesin besar (rpm tinggi) tapi mobil ga mau lari (acceleration kurang) : 80% hal ini terjadi karena platkopling anda sudah tipis, dan lebih parah lagi akan timbul bau "sangit" ketika kita memaksa untuk accelerasi. 20% Fly wheel aus atau "legok" hal ini biasanya terjadi karena penggunaan plat kopling yang kurang bagus bahanya (imitasi).
5) Terdengar suara2 dari transmisi : ada beberapa jenis suara yang mungkin timbul dalam transmisi antaralain :
1. Bunyi Clutch release Bearing = bunyi dari drek lahar ini akan terdengar ketika kita menginjak kopling saat mesin hidup, dan akan hilang suaranya ketika kita melepas kopling.
2. Bunyi Pilot bearing = Akan terdengar saat mesin dihidupkan meskipun kita menginjak kopling atau tidak.
3. Bunyi pada saat jalan = jika kedua bunyi diatas dapat didengar tanpa pergerakan kendaraan, jenis bunyi yang ketiga ini hanya dapat didengar pada saat kendaraan melakukan pergerakan. Bunyi ini berasal dari bearing didalam gearbox anda.
4. Bunyi mendesing pada gigi tertentu = hal ini terjadi karena terdapat kerusakan pada pasangan gigi yang bunyi tersebut kemungkinan gigi sudah aus atau rompal sehingga memberikan rongga udara yang dapat menimbulkan bunyi mendesing
C. Syarat Kopling
1. Harus dapat menghubungkan transmisi dengan mesin secara lembut.
2. Pada saat menghubungkan ke transmisi harus dapat memindahkan tenaga tanpa terjadi slip.
3. Dapat membebaskan hubungan dari transmisi dengan sempurna dan cepat
Dilihat dari jenis pegas penekan yang digunakan, kopling dibagi menjadi dua tipe, yaitu:
a. Tipe Kopling dengan Pegas Koil.
b. Kopling dengan pegas diafragma atau bahasa kerennya Matahari
Dilihat dari mekanisme penggeraknya, ada dua tipe kopling yaitu:
a. Kopling Mekanis
Kopling Mekanis (mechanical clutch) terdiri dari beberapa bagian seperti gambar di bawah ini,perpindahan pedal kopling diteruskan ke body kopling secara langsung oleh kabel.
b. Kopling Hidrolis (penggeraknya menggunakan minyak/fluida)
Pada tipe kopling ini, pergerakan pedal kopling di rubah oleh master silinder menjadi tekanan hidraulis kemudian di teruskan ke garpu pembebas kopling (clutch release fork) melalui silinder pembebas (Release cylinder).
Pada kopling ini pengemudi tidak terganggu oleh bunyi getaran mesin dan kopling mudah digerakkan. Katup pada mesin 4 langkah berfungsi mengatur pembukaan dan penutupan katup•katup. Mekamisme katup ini dirancang sedemikian rupa, sehingga poros nok (camshaft) berputar satu kali untuk menggerakkan katup hisap dan katup buang setiap dua kali putaran poros engkol.
D. Kopling Plat Tunggal Berpegas Diafragma Dan Koil
1. Kontruksi Kopling Plat Tunggal
2. Perbandingan Gaya Diafragma Dengan Koil
a. Posisi plat penekan dengan plat kopling yang sudah aus pada batas limit.
b. Posisi plat penekan dengan plat kopling baru.
c. Posisi plat penekan saat pedal kopling diinjak penuh.
d. Tekanan normal plat penekan pada saat kopling terhubung
Kesimpulan :
1. Tekanan plat penekan dengan pegas diafragma lebih besar dibanding dengan menggunakan pegas koil pada keadaan kanvas kopling aus / menipis.
2. Tekanan plat penekan untuk kedua pegas sama, jika kanvas plat kopling masih baru.
3. Gaya yang diberikan untuk membebaskan kopling dengan pegas koil lebih besar dibanding yang menggunakan pegas diafragma.
Keuntungan :
Untuk plat kopling tunggal dengan pegas diafragma.
1. Tekanan plat penekan selalu normal pada perubahan tebal kanvas
2. Tekanan pedal pada saat membebaskan kopling lebih kecil dibanding kopling dengan pegas koil.
3. Penekan lebih merata terhadap kanvas kopling.
E. Plat Kopling
1. Jenis Kanvas Kopling
a. Kanvas Asbes
Bahan kanvas : Paduan asbes dengan logam
Tuntutan / persyaratan :
1. Tahan terhadap panas.
2. Dapat menyerap panas.
3. Tahan terhadap gesekan.
Penggunaan : Kendaraan pada umumnya yang bertugas ringan dan sedang
Alur – alur kanvas berguna :
a. Menampung kotoran debu yang terdapat pada roda gaya dan plat tekan.
b. Sebagai ventilator
b. Kanvas Keramik
Bahan: Paduan keramik dan logam
Tuntutan / persyaratan :
a. Tahan terhadap panas yang tinggi.
b. Tahan terhadap gesekan yang tinggi
Penggunaan : Kendaraan bertugas berat Contoh : Traktor (Boldozer)
Catatan :
1) Jarang digunakan
2) Harganya mahal
F. Piringan Kopling ( Disc Plate )
a. Jenis Pegas Piringan Kopling
Pada piringan kopling terdapat 2 macam pegas, diantaranya:
1. Pegas radial
Tuntutan / persyaratan :
a. Mampu menerima gaya lingkaran.
b. Mampu memegas dengan baik.
c. Elastisitas harus tinggi (untuk bahan karet).
Kegunaan : Meredam getaran/kejutan saat kopling mulai terhubung sehingga kopling dapat terhubung dengan lembut
Pemasangan : Diantara plat yang duduk pada poros dan plat Pemegang kanvas.
2. Pegas aksial
Pegas aksial adalah pegas pada piringan kopling
Konstruksi :
A = Plat bentuk E
B = Plat bentuk W
Tuntutan/persyaratan : Mampu memegas di antara kedua kanvas yang di keling
Kegunaan : Untuk meneruskan tekanan plat penekan terhadap kedua plat secara perlahan-lahan sehingga kopling dapat terhubung dengan lembut
Penggunaan: Pada kendaraan kendaraan-kendaraan penumpang, Sedan, dan lain – lain
3. Paku Keling
Kegunaan :
Mengklem antara plat piringan kopling dengan pegas aksial.
Memegang antara kanvas kopling dan plat dengan pegas aksial.
G. Bagian-bagian Mekanisme Katup
1. Katup (valve), berfungsi membuka dan menutup saluran isap dan buang. Diameter katup isap dibuat lebih besar daripada diameter katup buang.
2. Dudukan katup, sebagai tempat duduknya kepala katup.
3. Pegas katup, berfungsi mengembalikan katup pada dudukan semula setelah katup bekerja (membuka).
4. Tapet (valve lifter), berfungsi memindahka gcrakan bubungan (nok) ke tuas katup {rocker arm) melalui batang penekan (push rod)
5. Batang penekan (push rod), berfungsi meneruskan gerakan tapet ke ujung tuas katup. Batang penekan hanya terdapat mekanisme katup yang poros noknya di blok silinder dan katup-katupnya terdapat pada kepala silinder.
6. Tuas katup (rocker arm), berfungsi menekan batang katup, sehingga katup dapat membuka. Celah (kerenggangan) antara rocker arm dan push rod disebut celah katup.
H. Model Mekanisme Katup
Ada beberapa model dalam pemindahan putaran dari poros engkol ke poros nok,
antara lain:
1. Model Timing Gear
Model ini digunakan pada mekanisme katup mesin OHC (Over Head Valve}, di mana poros noknya berada di dalam blok silinder. Model ini sudah jarang dipakai, karena timing gearnya menimbulkan bunyi yang berisik dibanding model Iain
2. Model Timing Chain
Model ini diterapkan pada mesin OHC (Over Head Camshaft) dan DOHC (Dual Over Head Camshaf), di mana. poros noknya berada di atas kepala silinder. Poros nok digerakkan oleh poros engkol melalui rantai (timing chain).
3. Model Timing Belt
Model ini poros nok digerakkan oleh poros engkol melalui sabuk bergerigi(belt). Penggunaan sabuk bergigi ini tidak menimbulkan bunyi berisik, tidak memerlukan pelumasan, tidak memerlukan penyetelan tegangan, dan lebih ringan. Oleh karena kelebihan itu,model timing belt ini lebih banyak diterapkan pada mesin bensin.
Langganan:
Postingan (Atom)